“Tempat Wisata Yang Wajib Dikunjungi Di Bali”
Monkey
Forest Ubud

Objek wisata Monkey
Forest yang merupakan kawasan wisata yang objeknya adalah kera-kera dengan
sejumlah pola perilaku kehidupannya dengan dukungan alam berupa kawasan hutan
yang alami dengan penuh suasana religius, yang terletak di Desa Pakraman
Padangtegal, Kelurahan Ubud, Gianyar.
Objek wisata Monkey
Forest mempunyai luas areal sektar 10 hektar. Kawasan wisata Monkey Forest yang
telah mendunia seakan menutupi sedemikian banyak hal-hal yang ada di
sekitarnya. Objek wisata Monkey Forest yang juga disebut sebagai Mandala Wisata
Wanara Wana merupakan kawasan yang sangat disakralkan oleh masyarakat Desa Adat
Padangtegal. Bahkan, objek wisata ini tak dapat dipisahkan dari Desa Pakraman
Padangtegal. Alasan ini muncul dengan adanya hubungan emosional, dimana kawasan
objek tersebut merupakan tempat Pura Kahyangan Tiga Desa Adat Padangtegal yakni
Pura Dalem Agung.
Pura Dalem Agung
berlokasi di barat daya hutan setempat. Pura ini adalah tempat utama di bukit
Padangtegal dan merupakan tempat yang terpenting di hutan tersebut. Pura Beji
terletak di barat laut dengan menggunakan konsep tri mandala. Sedangkan untuk
Pura Prajapati merupakan tempat penyimpanan kremasi yang berada di timur dan
sepanjang sisinya terdapat pemakaman. Dengan adanya sentuhan langsung dari
aktivitas masyarakat yang hidup dalam kegiatan adat dan agama, menjadikan
kawasan Monkey Forest sebuah kawasan yang mempunyai daya tarik tersendiri bagi
pariwisata sebagai objek wisata budaya.
Sedangkan pengelolaan
kawasan wisata kera di Padangtegal dikelola oleh desa adat dengan membentuk
badan desa. Pihak pengelola sendiri menggunakan filosofi Tri Hita Karana.
Konsep hidup dalam menghargai, menjaga keharmonisan keberadaan alam dengan
makhluk hidup ciptaan-Nya serta aktivitas spiritual masyarakat di sekitarnya
menjadikan kawasan Mandala Wisata Wenara Wana (Monkey Forest) sebagai kawasan
yang indah, asri dan lestari, nyaman dan aman serta mempunyai taksu.
Implementasi dari
konsep Tri Hita Karana yang diterapkan di objek wisata Monkey Forest dapat
dilihat dari dua kegiatan ritual yang kerap dilakukan oleh masyarakat setempat.
Dalam hubungannya dengan keberadaan kera, setiap Tumpek Kandang masyarakat
membuatkan sesajen istimewa ke hutan kepada semua binatang yang ada di sana.
Sedangkan saat Tumpek Nguduh, masyarakat setempat melakukan ritual untuk tetap
menjaga keharmonisan alam berupa tumbuh-tumbuhan yang ada di sana.
Sementara itu, sejak
keberadaan objek wisata Monkey Forest yang pengembangannya mulai tahun sekitar
1970 kondisinya jauh berbeda dengan keberadaannya saat ini. Di awal terjamahnya
kawasan hutan yang dipenuhi dengan binatang kera ini luput dari perhatian.
Sebuah kotak "Dana Punia" yang disediakan prajuru untuk sekadar
sumbangsih di dalam membiayai kegiatan upacara dan pemeliharaan kawasan
tersebut. Besarnya tingkat kunjungan wisatawan yang ingin melihat kera Bali di
kawasan tersebut menjadikan kawasan Monkey Forest sangat potensial. Dari
potensi yang ada tersebut dalam melakukan pengembangan lebih lanjut dalam usaha
melestarikan keberadaan objek waisata, maka setiap pengunjung dikenakan tiket
masuk. Saat ini besaran tiket masuk mulai dari Rp 10 ribu untuk dewasa dan Rp 5
ribu untuk anak-anak.
Keseriusan desa adat
untuk mengelola objek wisata ini dapat dilihat dari semakin profesionalnya
manajemen pengelolaan. Kawasan Monkey Forest dalam hal ini tidak hanya sebagai
objek wisata. Namun seiring dengan pengembangannya, pihak desa adat kini sedang
berupaya untuk membuka keberadaan daerah wisata Monkey Forest dengan segala
potensi desa yang ada. Salah satunya adalah dengan mendirikan Pusat Data dan
Informsi Desa Adat Padangtegal.
Bahkan, untuk lebih
menunjang promosi pariwisata Monkey Forest telah membuat sebuah website, yang
bisa diklik setiap saat yakni www.monkeyforestubud.com. Di mana nantinya
diharapkan dapat memfasilitasi masyarakat ataupun masyarakat untuk mengakses
informasi yang lebih lengkap. Pihak desa adat maupun manajemen Mandala Wisata
Wenara Wana ke depan menginginkan mengembangkan lebih luas dengan merangkul
potensi desa yang ada dengan mempromosikan hal-hal yang terkait dengan
pariwisata misalnya seni dan kerajinan, ataupun pendukung lainnya seperti
penginapan dan restoran sebagai seatu sinergi.
Untuk menunjang
pelestarian hutan saat ini objek wisata Monkey Forest memiliki 125 jenis
tanaman yang terdiri atas pohon bambu, pohon pinang, pohon mahoni dan pohon
majegau serta beraneka ragam tumbuh-tumbuhan yang berkaitan dengan upacara. Di
samping itu dalam hal pelestarian satwa, objek wisata Monkey Forest mempunyai
jumlah kera yang kini mencapai 300 ekor. Dalam pemeliharaannya baik mengenai
kesehatan maupun populasi pihak pengelola telah mengadakan kerja sama dengan
Lembaga Penelitian dan Pengkajian Satwa Primata Universitas Udayana. Selain itu
juga dilakukan kerja sama dengan Central Washington University, Guam University
serta Taiwan University. Objek wisata Monkey Forest juga memiliki tambahan
satwa 14 ekor rusa yang merupakan sumbangan dari pihak ketiga dan hasil
pengembangbiakan.
Monkey Forest selain
sebagai objek wisata juga merupakan pusat penelitian dan konservasi. Kera-kera
yang ada di tempat tersebut bukan saja sebagai tontonan dari pengunjung yang
datang. Selain sebagai komponen penting dalam spiritual dan kehidupan
masyarakat setempat, keberadaannya juga sebagai tempat penelitian dari
lembaga-lembag riset seluruh dunia.
Dari hasil riset yang
pernah dilakukan, kera-kera yang ada ini seringkali tinggal berpindah tempat.
Mereka dalam kehidupannya mempunyai grup tersendiri. Di antara mereka ada ketua
kelompoknya. Selamet mengatakan ketua kelompok ini selalu diikuti oleh
pengikutnya dari bangsa kera itu sendiri. Kera Bali sendiri berada di
tengah-tengah grup yang sebagian besar terdiri atas betina (matrilines).
Sedangkan untuk kera jantan biasanya berpindah tempat.
Ingin tahu pemandangan di Objek Monkey Forest ? Klik link ini
Ingin tahu pemandangan di Objek Monkey Forest ? Klik link ini
Komentar
Posting Komentar